Menyoal Capres

by | |
Belakangan ini media sosial penuh dengan nuansa pemilihan calon presiden Indonesia. Dari mulai yang cuma komentar-komentar iseng, sampai yang terang-terangan kampanye (hitam maupun putih) lengkap tersaji di dinding Facebook maupun linimasa Twitter. Dan sayapun kadang-kadang sering tergoda untuk ikut berkomentar iseng. Lalu kepikiranlah sama saya, daripada saya komentar sekalimat dua kalimat (dan seringkali gantung), mendingan saya tuangkan uneg-uneg saya ke postingan blog. Mudah-mudahan bisa tersalurkan dengan baik dan besok-besok ga posting status bernuansa capres lagi. Jangankan orang yang baca, saya aja bosen nulisnya *lah*.

Di postingan ini, saya nggak akan bahas betapa ngeselinnya mereka yang rajin membagi tautan bernuansa kampanye hitam. Karena semua orang tau (kecuali orang yang menyebarkan tautan itu) betapa ganggu dan ngeselinnya membagi tautan yang berbau fitnah.

Pun saya tidak akan membagi tentang kelebihan dan kekurangan masing-masing calon presiden. Karena saya bukan juru kampanye, dan soal itu bisa di google. Jangan lupa difilter dulu sebelum ditelan mentah-mentah. Tapi uneg-uneg yang akan saya bagi disini *unegunegkokdibagibagi* adalah apa yang menjadi bahan pertimbangan saya untuk memilih salah satu dari dua capres yang tersedia.

Pertama, saya perlu melihat para capres bukan sebagai pribadi. Bukan hanya melihat sebagai individu perorangan. Maksud saya adalah, ya - kepribadian seorang capres memang penting, tapi bukan itu yang paling penting. dan ya - seorang capres dipilih oleh partai atas dasar capability nya. Tapi tentu saya juga harus mau melakukan riset tentang siapa dan seperti apa partai yang mengajukan mereka. Karena kita nggak bisa menutup mata bahwa dibalik pengajuan capres, selalu ada kepentingan para pendukungnya.

Kedua, pada area yang lebih luas dari "kepentingan para pendukung di belakang capres". Dalam pencalonan presiden, selain partai pengusung, adapula partai-partai dan konstituen lainnya yang terlibat. Sekali lagi saya harus mau melakukan riset tentang siapa saja mereka, apakah mungkin ada motif "berbahaya" dibalik dukungan terhadap salah satu capres.

Ketiga, soal motif "berbahaya" ini jangan cuma kita lihat yang ada di permukaan. Misalnya (catat, misalnya) di capres anu ada beberapa nama yang sak Indonesia Raya tahu bahwa dia "berdosa" atau diduga melakuakn korupsi, sementara di capres itu nggak ada, atau minim. Ya, mereka yang dicurigai korupsi memang berbahaya. Tapi jangan lupakan pula mereka yang namanya dan dosanya tidak (atau belum) diketahui publik. Mereka yang mendanai dan "tak kasat mata", menurut saya, lebih harus diwaspadai. Logikanya, tidak mungkin orang mau menggelontorkan dana sebegitu besar untuk mendukung capres tertentu tanpa ada kepentingan tertentu. Sekali lagi, saya harus riset mengenai nama-nama pendukung dibalik para capres, terutama mereka yang tidak muncul ke permukaan. Mereka yang namanya jarang atau bahkan tidak pernah disebutkan media sebagai pendukung salah satu capres.

Keempat, dosa-dosa masa lalu. Saya sih sebenarnya tipe orang yang ga terlalu susah move on. Dan saya juga tipe orang yang percaya bahwa in time, orang bisa berubah. Tapi tak ada salahnya mempertimbangkan masa lalu para capres. Bukan cuma "dosa" sang calon presiden secara pribadi, tapi termasuk apa yang dilakukan para konstituennya di masa lalu. Kita harus adil dalam menilai hal ini. Jangan sampai kita menggembar-gemborkan kesalahan satu capres di masa lalu, tapi mengabaikan kekurangan capres lainnya.

Kelima, keterlibatan asing. Siapa mau merasakan dijajah lagi oleh bangsa asing? Yang mau, silakan pilih capres yang paling dekat dengan pihak asing. Saya diajarkan bahwa kalimat "dukungan negara asing" adalah bukan melulu kalimat yang indah. Kalimat yang menawarkan mimpi-mimpi, betul. Tapi ketika kita terbangun dari mimpi itu, sering kali kita baru sadar kalau kita ada di atas kapur apek yang bau pesing. Dan siapa yang harus menjemur kasur biar nggak bau pesing lagi? Ya kita lah, masa tetangga sebelah.

Sementara ini, baru ada lima point sih yang jadi perhatian saya. Lalu kesimpulannya, saya pilih siapa? Belum tau, saya masih riset. Saya nggak mau gegabah memilih calon pemimpin yang menentukan nasib bangsa ini. Karena proses memilih calon presiden yang insyaAllah akan membawa kemajuan bangsa tidak mungkin sederhana.

0 comments:

Post a Comment