Galau Lagi

by | | 0 comments
Ga baik miara galau. Katanya, orang yang galau melulu ga bakal maju-maju karena cuma mikirin masalah yang itu-itu juga. Contoh sederhananya, orang yang galau karena masih mikirin mantan, tentu bakal susah dapet pacar baru. Soalnya tiap ada yang ngedeketin pasti dibandingin sama mantannya.

Tapi kita disini bukan untuk membicarakan mantan, Ibu-ibu (dan Bapak-bapa, serta Adek-adek dan Kakak-kakak). Tapi untuk membicarakan kegalauan saya sebagai seorang emak-emak yang anaknya sulungnya sudah berusia tiga tahun lebih. Galau memilih pre-school. Dan galau ini datang dan pergi. Ini sudah galau yang ketiga kali. Jadi begini ceritanya.

Galau pertama adalah saat si sulung berusia dua tahun. Sekolahin jangan ya? Tapi kemudian saya memutuskan ga disekolahin dulu,karena masih terlalu kecil.

Galau kedua, saat saya hamil anak kedua. Waktu itu usia kandungan saya sekitar 5 bulan. Kayaknya ide bagus buat mulai menyekolahkan si sulung.Sudah pernah trial di dua tempat, tapi baik saya maupun si anak rupanya kurang sreg.

Galau ketiga, sekarang ini. Setelah si bungsu berusia tiga bulan. Dari hasil pegamatan mendalam *taelah* dan konsultasi sama tante yang emang praktisi PAUD, kayaknya memang sudah perlu, sih si sulung sekolah. Galaunya adalah memilih sekolah mana yang tepat.

Saya ingin pre-school yang Islami, karena saya percaya menanamkan - minimal memperkenalkan - agama pada anak itu penting. Dan ga kalah penting adalah sekolah itu bisa membantu memahami kekurangan dan kelebihan anak saya, dan menggali karakter serta potensi si anak. Jadi ada sesi konsultasi ortu-guru dan buku penghubung is a must. Selain itu kualitas guru dan pendamping tentu penting. Soal bahasa sih saya nggak masalah mau bilingual atau nggak, yang penting komunikasi guru dengan murid berjalan lancar.

Rewel? Kayanya wajar, ya. Saya pikir pre-school sebagai sekolah 'resmi' pertama anak bisa sangat mempengaruhi si anak kedepannya. Kalau ternyata si pre-school nggak enjoyable, saya khawatir di benak si anak akan tertanam bahwa sekolah itu nggak enjoyable. Terus juga pre-school kan bayarnya mahal (yang sedengan itu biaya masuk termasuk seragam&uang bulanan bulan pertama bisa sekitar 3-4 juta, belum iuran bulanan yang 500rb keatas). Sebagai emak-emak itungan, tentu wajib buat saya menakar dan mengukur plus minus satu sekolah dibanding yang lain. Jangan sampai dengan bayar segitu, gak ada hasil yang signifikan buat si anak. Bukan, bukannya si anak setelah masuk pre-school harus jadi bintang bebelac atau bisa bikin robot, tapi ya minimal dari segi psikologis bisa lebih matang.

Saya sih udah brosing sana-sini, plus trial di dua sekolah itu. Tapi belum bisa memutuskan mau daftar kemana. Ada sih inceran, tapi ternyata ga sanggup bayar iuran bulanannya keknya. Hahaha *asem*.

Mungkin di luar sana banyak juga emak-emak galau kaya saya. Atau mungkin emak-emak lain mah ga serewel saya. Lah cuma pre-school, bukan mau masukin anak kuliah. Tapi ya itu tadi, buat saya sih memilih pre-school sama pentingnya dengan memilih TK, SD, sampai kampus kelak.

Memang miara galau itu ga baik. Tapi izinkan saya buat galau beberapa minggu lagi.