Kenapa Semua yang Enak-enak Itu yang Dilarang?

by | | 2 comments
DISCLAIMER:
Postingan ini akan sangat menyebalkan bagi sebagian orang. Oh ya, dan mengandung unsur SARA juga, lho.

Belakangan ini kehidupan kita diramaikan dengan berbagai fatwa haram, baik yang datang dari MUI maupun yang bukan dari MUI. Dan fatwa-fatwa haram ini menimbulkan reaksi yang cukup beragam. Ada yang langsung protes, ada yang setuju, ada pula yang nggak peduli.

Beberapa diantara fatwa yang cukup bikin heboh adalah fatwa haram foto pre-wedding dan fatwa haram rebonding. Yang lucu, begitu mendengar soal ini, berbondong-bondong lah orang protes. Bahkan gak sedikit yang menghujat MUI. Apalagi di twitter. Padahal, pertama, yang ngeluarin fatwa ini bukan MUI. Tapi sebuah pondok pesantren putri. Setelah saya baca artikel mengenai hal ini, pun yang kena fatwa haram dua hal diatas tadi hanya siswi-siswi ponpes itu. Dan kedua, kalau mau pake logika sedikit dan mengurangi emosi, kita *atau seenggaknya saya* bisa paham kenapa foto pre-wed dan rebonding diharamkan. Soal foto pre-wed, diharamkan karena banyak foto pre-wed yang pake adegan peluk cium. Lah kaga usah pake difoto aja, bersentuhan dengan non muhrim dengan syahwat sudah haram adanya kok. Jadi mungkin - mungkin lho - kalo fotonya nggak pake pegang-pegangan - sekali lagi : mungkin - gak apa-apa kali *tetep gak yakin :D*. Soal rebonding. Berhubung pengetahuan agama saya masih cetek banget, jadi ini pake mungkin juga lho yah. Mungkin yang diharamkan itu, kalau abis rebonding jadi pengen ngeliat-liatin rambut ke semua orang. Seperti kita semua ketahui, setelah rebonding memang rambut jadi terlihat indah tergerai bagai bintang iklan sunsilk, wajar kalau ada keinginan menunjukan rambut indah yang merupakan aurat peremouan itu ke semua orang. Jadi - kali ya - daripada para siswi ponpes setelah dibonding jadi pada buka jilbab pengen pamer rambut baru - ya mendingan diharamkan aja sebagai tindakan pencegahan.

Yang selanjutnya, ini heboh bener nih. Fatwa haram merokok. Yang ini bahkan lebih mengundang emosi lagi. Terutama buat yang ngerokok. Lah perokok dilarang ngerokok aja bisa ngambek, apalagi diharamkan. I know because my hubby and my daddy is perokok berat *hiksh*. Anyways. Kalau buat yang nggak ngerokok kaya saya, fine-fine aja dengan diharamkannya merokok ini. Menjadikan lingkunagn lebih bersih dan sehat toh? Tapi tentu para perokok punya dalih lain: bagaimana dengan nasib petani tembakau? Dengan nasib buruh pabrik rokok? Gimana ya ? Hehe. Kalau saya sih percaya ketika ditutup satu pintu rejeki, Allah membukakan pintu rejeki yang lain. Jadi insyaAllah akan ada rejeki yang lebih barokah buat para petani tembakau dan buruh pabrik rokok. Lagian daripada "diskusi" di smoking room sambil maki-maki fatwa haram merokok ini, gimana kalo mulai belajar berenti merokok dan mendiskusikan jalan biar petani tembakau dan buruh pabrik rokok bisa dapet jalan rejeki lain?

Anyhoo, kenapa sih orang-orang begitu gampang tersulut emosinya mengenai fatwa haram ini? Sebetulnya kalau mau lebih pake otak dan nggak pake urat, semuanya bisa kita bikin lebih enak. Kaya soal rokok ini. Sebetulnya semuanya udah tau kalo rokok nggak ada bagus-bagusnya buat badan. Apalagi buat perokok pasif. Kalau sangat sadar hal ini, sayang diri sendiri dan sayang keluarga, nggak perlu ada fatwa haram. Tinggal berenti. Susah? Saya tau susah, tapi kalau kita terus bilang "susah" ya sampai kapanpun nggak akan ada usaha. Udah usaha tapi tetep nggak bisa? Terus berusaha. Toh awalnya kita juga nggak bisa ngerokok kan? Tapi karena "usaha" jadi bisa. Kenepa kalau untuk berhenti nggak bisa? Nggak setuju sama saya? Tetep emosi karena fatwa haram merokok ini? Ya sudah, nggak usah peduli. Toh yang sudah jelas-jelas diharakan dalam al Quran - seperti minum-minuman keras - juga masih banyak yang melakukannya.

Lebih jauh lagi, sebenarnya yang bikin saya sedih adalah munculnya fatwa haram ini jadi "ladang" buat mocking MUI. Bahkan di twitter becandaan soal MUI ini pernah jadi trending topics. MUI isinya bukan orang sembarangan. Mereka adalah para ulama, yang notabene pengetahuan agamanya jauh diatas kita (saya). Ketika mereka mengeluarkan fatwa, pasti sudah melalui pemikiran panjang. Bukan hanya masalah like / dislike. Rasanya menyedihkan kalau kita - orang Islam - mocking para pemuka agama yang insyaAllah berusaha membantu kita untuk tidak melenceng dari aturan agama. Apalagi kalau kemudian para ulama ini juga jadi bahan ledekan agama lain.

Jadi nanti lagi, kalau ada fatwa haram yang memancing emosi, janganlah langsung berkoar-koar. Baiknya baca dulu baik-baik, kemudian kalau ada waktu cari refrensi mengenai hal itu, baru diskusi. Jangan lantas marah-marah. Belajar jadi orag cerdas lah kita. Saya juga masih perlu belajar banyak.

Inspired. Totally

by | | 0 comments

So ever since I was a kid, I always want to have my own fashion label. I always want to create my own signature style. Although I went through some unfashionable phase, but I finally found my style that’s quite - well - fashionable in some ways. At least I’m comfy with it and some people find it pretty stylish (though they’re all my close friends and might say that just to make me happy :p).

Anyhoo, after few trials and few failures now I finally have my own label. Yay! It’s still new and still needs a lot of improvements here and there, but for now I’m pretty satisfied. I’m proud to call it mine, I named it ‘buni’, taken from sundanesse language meaning ‘covered’. I design longsleeves for women. In the design process, I often hit the wall. Figuratively speaking, of course. You know, if writers got ‘writer’s block’ , I got ‘buni’s block’. I won’t call it ‘designer’s block’ because I haven’t got the courage to call myself a designer. I just draw clothes and that’s it. I don’t even have a design background. I went to school of politics. AHEM. Back to the topic. What was it? Oh yeah, buni’s block.

So when I got buni’s block, I browse around the net, looking for some inspirations. Like tonight. Well, it’s not the time to design something new, yet. Our season two collection was released only a couple of weeks ago. But I feel like I gotta look for something new and fresh. Because next season I really want to improve the designs and make it more like my style.

And like Coelho said: when you really want something the universe will work with you (or something like that), I bumped into this website. And I also found her. Totally inspiring. The designs, and the pictures. I guess we will see those kind of style on season three, insyaAllah.

Anyways, aside from inspired to design new stuff, those sites inspired me for something else. Shopping. I think I’ve been a little bit lazy to dress up for quite sometimes and I guess it’s time to start to fix my look and get me back on track. Well if I’m not as beautiful as any other women, at least I gotta have a signature style. I’ve been thinking of some places to hunt some stuff down. All I gotta do is start to find a side job that will provide me the fund for shopping, heehee.

While waiting on how the inspirations work on ‘buni’ season three, please stop by on our website and check our first and second season collection. Oh yeah, if you see something you like please don’t hesitate to buy it ;).

This post might sounds like a hopeless effort to promote my label, but it is not. I’m not hopeless.

Why I Blah?

by | | 0 comments
Because I simply blah. Hello there, welcome!