Ganjalan Masa Lalu

by | | 0 comments
Pernah ga, kamu suka sama suatu brand, suka konsep dan produk/jasanya, tapi ga mau pake karena punya pengalaman ga enak sama ownernya? Saya pernah. 

Jadi bertahun-tahun lalu, saya pernah mengajak kolaborasi sebuah - sebut saja brand - buat satu acara charity bazaar. Acaranya memang ga full charity karena yang disumbangkan hanya sekian persen dari keuntungan (ga semua keuntungan). Brand ini mengajukan share 20% dari profit. Aku tawar, boleh nggak 10% aja. Karena ini acara charity. Aku pikir ini wajar, karena harga barang-barang yang dijual tergolong murah. Pesertanya juga ibu-ibu "biasa", ga melibatkan influencer whatsoever. 

Secara mengejutkan, si owner langsung misuh-misuh. Katanya, share profit tersebut ga sesuai sama effort dari brand nya. Padahal, venue bukan milik dia. Hanya kebetulan lokasi brand tersebut ada di tempat venue. Publikasi juga kami nggak bergantung sama dia. SDM pun dari kami. Saya dulu mengajukan kolaborasi karena merasa brand ini sesuai dengan spirit acara kami, dan for the sake of etika karena ami pakai venue di tempat yang sama dengan lokasi brand ini berada. 

Yang lebih bikin sakit hati lagi, owner brand ini menuduh kami "ga niat beramal" dan membandingkan dengan acara charity yang pernah dia bikin dengan 100% profit disumbangkan. 

Dia ga tau, profit ga 100% disumbangkan adalah karena peserta acara charity kami ini mostly mata pencahariannya dari barang-barang yang mereka jual di bazaar. Jadi ya wajar kalau ga semua keuntungan disumbangkan. Pun dia ga tau kalau panitia sama sekali nggak dibayar, cuma dapat makan dan snack. Bahkan, pembicara dan tutor untuk acara talkshow dan workshop juga mau dibayar dengan sangat murah, padahal mereka adalah orang-orang yang cukup punya nama di bidangnya. Prejudice itu jahat, ya? 

Belum puas, si owner brand menuduh saya akan screenshot percakapan whatsapp kami dan menyebarkannya buat menjelekan dia. Eh, gimana? Kalau hatimu busuk, jangan anggap hati orang lain busuk juga dong. 

Ga ngerti kenapa dia begitu. Apakah karena kesal sama saya yang pernah meminta mereschedule meeting kami? Tapi kan rasanya ga perlu ya sampai menilai buruk niat orang. 

Sampai hari ini, saya ga pernah menceritakan soal ini di media sosial. Yang tahu ceritanya pun terbatas pada panitia saat itu (karena mereka berhak tau kenapa ga jadi kolaborasi dengan brand tersebut) dan suami saya saja. 

Yang lucu, beberapa tahun setelah acara itu, saya ketemu anak si pemilik brand tersebut, yang dengan ringannya ngomong "Mama aku ga suka sama kamu." Speechless, kan? Anak saya yang kebetulan ada di situ sampe bengong dan nanya ke saya kenapa mamanya X ga suka sama saya. Saya cuma bilang, "Gak apa-apa. Kita mah tetap bail aja ya sama orang lain". Sok bijak emang, tapi ya mau ngomong apa lagi? Mau nyeritain kelakuan emaknya? Apa manfaatnya?

Terus, kenapa akhirnya setelah bertahun-tahun saya cerita soal ini di sosmed? Karena ternyata hal yang saya anggap sudah berlalu ini masih mengganjal. Terutama setiap melihat brandnya wara-wiri. Saya kaya pengen ngomong, "Bulls*it lah program lu kalau ownernya hatinya begitu".

Saya ga tau sih Si Owner ini punya luka masa lalu apa sampai dia perlu menyakiti perasaan orang begitu. Makanya saya cerita di sini, biar ganjalan ini ga bikin saya menyakiti orang di masa depan. Saya bukan orang yang pendendam. Tapi ada beberapa hal yang cenderung sakit hatinya saya simpan. Mungkin juga hal yang satu ini masih terasa mengganjal karena ketika saya berusaha menjelaskan alasan kenapa minta sharing profit kecil, saya telanjur di block. Semacam gantung karena hak saya buat menjelaskan di cut begitu saja.

Tapi lucunya,kalau suatu hari saya ketemu orang ini, kayanya saya ga berminat untuk "menyelesaikan" permasalahan sama dia. Utamanya, karena saya merasa ga ada manfaatnya dan ga butuh juga berhubungan sama orang kaya gitu. Sampai sekarang, tanpa merendahkan usaha dan niatan baik orang-orang di balik brand ini, saya enggan sekali bersentuhan dengan brand ini. 

Hikmah dari tulisan ini, ga ada hikmahnya, sih. But at least saya sudah sedikit menumpahkan beban (yang selama ini saya kira bukan beban) supaya ga mengendap di pikiran saya.

Semoga kita semua selalu jadi orang yang baik, dan menjaga hubungan baik, ya. Especially if you own a brand, because your personality somehow attached to the brand.

(Lagi-lagi) Soal Sekolah

by | | 0 comments
Tadinya, berencana masukin si Cikal tahun ini ke SD. Tapi karena satu dan lain hal akhirnya diputuskanlah buat si Bocah di SD-in tahun depan. Hal yang jadi pertimbangan utama sih sebenernya adalah karena tahun ini pas tahun ajaran baru mulai, pas si bocah masih berusia 6 tahun. Awalnya sih ngerasa nggak apa-apa masuk SD umur segitu. Tapi setelah ikut psikotes dan menimbang ini itu, kayanya mendingan nunggu dia umur 7 tahun, deh. Biar bener-bener matang dan siap masuk SD yang tantangan hidupnya lebih meriah daripada di TK. Apalagi doi anak yang mayan sensitif, takutnya kalau belum siap lalu dipaksain masuk SD malah mogok dan nggak mau sekolah terus maunya main sinetron aja. Kan gawat.

Tapi jangan sedih. Meskipun jadinya masuk SD tahun depan, namun Emak tetap galau semenjak dini. Sempat bulat dengan memasukan si Cikal ke sebuah SD Negeri yang letaknya di Jalan Sabang (yaitu tentunya SDPN Sabang yah, namanya. Karena kalau SDN Merdeka itu letaknya di Jalan Merdeka), tapi kemudian goyah lagi. Alasannya: masukan dari kanan kiri yang bilang "jauh dari rumah". Padahal, salah satu yang menguatkan alasan kenapa si bocah mau di SD-in tahun depan adalah karena mau dimasukin SD Negeri aja. Dimatangkan betul anaknya, biar siap dengan segala plus minus SD Negeri yang katanya begini begitu itu. Tapi ya sudahlah, mari kita tidak terlalu membulatkan tekad lagi untuk mendaftarkan si Cikal kesana.

Alternatif pilihanpun jatuh ke salah satu SD swasta yang jaraknya cuma selemparan kolor (Hulk) dari rumah. Katanya sih kualitasnya lumayan oke dan bayarannya pun tidak terlalu bikin megap-megap. Tapi entah kenapa kok saya kurang sreg. Sempat survey kesana dan ketemu guru Tata Usaha. Penerimaan mereka sih sangat ramah, dan sekolahnya juga bersih. Sempat mampir toilet buat inspeksi, dan toiletnya bersih. Tapi dari hasil ngobrol-ngobrol waktu itu ada beberapa hal yang bikin saya mikir, "Terus apa bedanya sekolah swasta ini dengan sekolah Negeri?". Sebagai emak-emak mreki yang pandai mengatur keuangan keluarga, buat saya kalau kita membayar lebih untuk sesuatu itu ya nilai lebih dari apa yang kita bayarkan harus keliatan.

Sebenernya ada satu lagi sih sekolah inceran saya. Sekolah Islam yang cukup punya nama dan reviewnya bagus. Letaknya tidak di Bandung Timur seperti sekolah-sekolah idola lainnya, tapi di Bandung Utara. But we'll see, lah. Karena sekolah ini juga kayanya masih tergolong "jauh" dari rumah.

Ini rahasia, ya. Sejujurnya, yang paling bikin saya galau dalam urusan milih sekolah ini adalah menghindari orang berkomentar "jauh amat sekolahnya dari rumah". Karena udah cukup bosen denger komentar itu selama beberapa tahun si bocah TK, maka saya nggak mau mengalami hal yang sama di masa anak SD nanti. Tapi masalahnya ya itu, di deket rumah (atau yang jaraknya dianggap dekat dari rumah) itu kok ya nggak ada sekolah yang menarik hati. Sekolah-sekolah yang secara akademis diakui di sekitar lingkungan rumah adalah sekolah-sekolah Kristen. Sementara saya ga berani ngelepas anak masuk ke sekolah Kristen. Karena bagaimanapun, pendidikan agama Islam yang memadai jadi salah satu syarat yang nggak bisa ditawar.Meskipun kalau ngomongin "jarak sekolah-rumah" kadang mikir juga, sih, dalam kondisi yang masih numpang mertua ini, suatu saat kami insyaAllah akan pindah rumah (yaiyalah masa mau nebeng terus). Manatau 2-3 tahun kami pindah rumah (aamiin) ke tempat yang menjadikan jarak rumah-sekolah jadi nggak dekat lagi? Jadi sih, sebagai pembelaan mengenai plihan saya di awal, menyekolahkan anak di sekolah yang letaknya "di tengah-tengah" adalah pilihan aman.

Anyhoo.
Saya sih sebenernya, sama kaya kebanyakan orang tua lain, pengen nyekolahin anak di sekolah yang kurikulumnya bagus, guru-gurunya berkualitas, fasilitasnya lengkap, ada pendidikan agama Islam yang memadai, dekat dari rumah, dan bayarannya nggak mahal-mahal amat. Tapi kan nggak ada sekolah yang sempurna. Kemauan kita harus dikompromikan dengan kemampuan anak dan - ehm - isi rekening.
Jadi ya mungkin Allah juga memberikan waktu tambahan berfikir selama setahun kedepan supaya bisa lebih mematangkan pilihan sekaligus menambah pundi-pundi tabungan. Siapa tau tetep bisa masukin anak ke sekolah incaran sekaligus punya rumah yang deket sekolah incaran?

Aamiin.
by | | 0 comments
Sometimes the thing that you really want to say is the hardest thing to say. Maybe I'll just stop dreaming of feeling good about myself again. I'm almost there and I thought I'm gonna make it. But apparently, it's not for me to decide.


...just when I started to feel okay to looking at my own reflection.

Happy Birthday, Boy!

by | | 0 comments
Si Ujang hari ini ulang tahun yang ke-2. Alhamdulillah, semakin pandai, semakin soleh, semakin menggemaskan, dan semakin bodor. Seperti biasa, ultah anak-anak cukup dirayakan dengan makan di rumah sama keluarga saja. Meskipun cuma makan di rumah, tapi hidangan ultah si Ujang kali ini cukup istimewa (dan bikin emaknya deg-degan). Kenapakah?

Jadi begini,
Si Ujang di usianya yang ke-2 ini sudah bisa request ini itu untuk ulang tahunnya. Dan karena belakangan ini doi lagi gandrung banget dinosaurus (padahal nggak ada yang ngajarin), dia request kue ulang tahun dinosaurus. Dan bukan kue ulang tahun biasa, dong. Tapi ice cream cake.

Maka browsing lah si emaknya mencari ice cream cake untuk ultah si Ujang. Merk-merk seperti Haagen Dazs atau DQ sudah pasti yudadah babay mengingat harganya yang seharga uang spp bulanan si Cikal. Ada ice cream cake Campina, sih. Tapi sudah beberapa kali coba dan rasanya ingin variasi lain. Coba cari yang produksi ice cream cake rumahan, kok gak nemu.

Akhirnya setelah googling dan tanya sana-sini, dengan tekad bulat dan sedikit deg-degan, Mamacing pun memutuskan untuk membuat sendiri ice cream cake. Es mrim nya tentu ga bikin sendiri, soalnya males waktunya mepet sama pentas seni sekolah si Cikal yang diadakan sehari sebelum si Ujang ultah. Jadilah beli es krim kemasan di supermarket. Dan setelah dijalani, meskipun cukup ribet (karena keluar masuk freezer), ternyata ga susah-susah amat bikin ice cream cake. Cuma mindahin es krim dari kemasan ke kotak doang, kok. Karena merasa kurang tantangan, maka Mamacing menambahkan buah segar dan selai serta topping coklat dan kacang buat ice cream cake ini. Dan untuk toppernya sekaligus menambahkan unsur dinosaurus, bisa bikin dinosaurus dari fondant.


Untuk lebih jelasnya, ini langkah-langkah pembuatan ice cream cake-nya...


Bahan:

2 liter es krim (boleh bikin sendiri atau siap makan) - saya pakai 1 lt es krim Diamond rasa chocolate chip dan 1 lt es krim Diamond rasa strawberry
1 bungkus kecil biskuit gandum, hancurkan dan campur dengan mentega cair sampai agak padat (untuk cake base)
1 bungkus kecil selai strawberry, cairkan dengan air matang sampai kekentalan yang diinginkan
1 sdt gelatin bubuk, campur dengan air dan tim
Strawberry segar secukupnya, potong bagi empat
250 gr chocolate coating (saya pakai Colatta Dark Chocolate Professional Coating), lelehkan
Kacang almon sangrai dan coklat isi kacang secukupnya (untuk taburan)


Cara membuat:

1. Siapkan loyang bongkar pasang (harus loyang bongkar pasang) diameter 20 cm. Ratakan campuran biskuit gandum dan mentega di dasarnya. Tekan-tekan sampai padat dan dinginkan di lemari es kira-kira 15 menit.
2. Keluarkan loyang dari lemari es, masukan es krim coklat dan ratakan permukaannya. Lakukan secepat mungkin agar es krim tidak terlalu melelh.
3. Bekukan selama minimal 30 menit (tergantung tingkat kebekuan es krim).
4. Beberapa saat sebelum es krim dikeluarkan dari freezer, campur selai dan gelatin. Aduk rata.
5. Keluarkan es krim dari freezer. Ratakan campuran selai diatasnya. Taburkan sebagian strawberry potong. Masukan lagi ke freezer selama kurang lebih 15-30 menit.
6. Keluarkan es krim dari freezer. Ambil es krim strawberry, campur dengan sisa strawberry, laliu masukan es krim strawberry ke loyang, ratakan permukaannya.
7. Bekukan semalaman.
8. Minimal satu jam sebelum ice cream cake disajikan, keluarkan dari freezer. Buka bagian samping loyang lalu tuangkan chocolate coating yang sudah dilelehkan, lalu taburkan coklat isi kacang dan almon sangrai diatasnya, harus cepat karena coklatnya cepat membeku.
9. Sebagai sentuhan akhir saat coklat masih basah, tempelkan dinosaurus di atas kue.
10. Bekukan lagi selama minimal satu jam dan ice cream cake siap dihidangkan.

TUNGGU DULU! Bagaimana cara membuat dinosaurus dari fondant nya? Eng... Kan tadi saya bilang "..., BISA bikin dinosaurus dari fondant.". Tapi karena saya nggak bisa, maka saya beli aja mainan dinosaurus di Toys Kingdom lalu saya cuci bersih.

Anywayyyyy, lihatlah ini penampakan si ice cream cake setelah dipotong...


Menggiurkan bukaaannnnn?

Nah untuk makan siangnya, Mamacing nekat bikin Liwet Solo pesanan bapake anak-anak. Kenapa nekat? Kaena selain belum pernah bikin dan sekalinya bikin untuk dihidangkan kepada keluarga besar, pun Liwet Solo ini meskipun bumbunya nggak terlalu ribet tapi banyak macamnya. Untunglah dengan bantuan Nin Lilis dan si Bibi makan siang bisa terhidang dengan sukses. Serta enak, tentunya.


Liwet Solo ini sebenernya makanan buat sarapan berupa nasi liwet bersantan dengan teman ayam opor, telur pindang (saya rebus biasa karena kelupaan kulit bawangnya malah dibuang), sayur labu siam, dan bumbu kuah kuning dan putih yang terbuat dari telur dan santan. Tapi tentunya cocok juga buat makan siang.


Oya, untuk resep Liwet Solo ini saya dapat dari blog nya mbak Diah Didi (yang sudah sangat baik hati mau melayani konsultasi online. Hatur nuhun, Mbaknyaaaa). Berhubung nenek kakeks si Ujang dan buyut si Ujang turut menikmati makan siang ini, maka demi kemaslahatan bersama takaran santan saya kurangi.

Alhamdulillah ulang tahun si Ujang berjalan lancar dan semua menikmati hidangan yang tersaji. Tapi yang paling penting, si Ujang happy dengan kue dan kado bertema dinosaurusnya.


Menyoal Capres

by | | 0 comments
Belakangan ini media sosial penuh dengan nuansa pemilihan calon presiden Indonesia. Dari mulai yang cuma komentar-komentar iseng, sampai yang terang-terangan kampanye (hitam maupun putih) lengkap tersaji di dinding Facebook maupun linimasa Twitter. Dan sayapun kadang-kadang sering tergoda untuk ikut berkomentar iseng. Lalu kepikiranlah sama saya, daripada saya komentar sekalimat dua kalimat (dan seringkali gantung), mendingan saya tuangkan uneg-uneg saya ke postingan blog. Mudah-mudahan bisa tersalurkan dengan baik dan besok-besok ga posting status bernuansa capres lagi. Jangankan orang yang baca, saya aja bosen nulisnya *lah*.

Di postingan ini, saya nggak akan bahas betapa ngeselinnya mereka yang rajin membagi tautan bernuansa kampanye hitam. Karena semua orang tau (kecuali orang yang menyebarkan tautan itu) betapa ganggu dan ngeselinnya membagi tautan yang berbau fitnah.

Pun saya tidak akan membagi tentang kelebihan dan kekurangan masing-masing calon presiden. Karena saya bukan juru kampanye, dan soal itu bisa di google. Jangan lupa difilter dulu sebelum ditelan mentah-mentah. Tapi uneg-uneg yang akan saya bagi disini *unegunegkokdibagibagi* adalah apa yang menjadi bahan pertimbangan saya untuk memilih salah satu dari dua capres yang tersedia.

Pertama, saya perlu melihat para capres bukan sebagai pribadi. Bukan hanya melihat sebagai individu perorangan. Maksud saya adalah, ya - kepribadian seorang capres memang penting, tapi bukan itu yang paling penting. dan ya - seorang capres dipilih oleh partai atas dasar capability nya. Tapi tentu saya juga harus mau melakukan riset tentang siapa dan seperti apa partai yang mengajukan mereka. Karena kita nggak bisa menutup mata bahwa dibalik pengajuan capres, selalu ada kepentingan para pendukungnya.

Kedua, pada area yang lebih luas dari "kepentingan para pendukung di belakang capres". Dalam pencalonan presiden, selain partai pengusung, adapula partai-partai dan konstituen lainnya yang terlibat. Sekali lagi saya harus mau melakukan riset tentang siapa saja mereka, apakah mungkin ada motif "berbahaya" dibalik dukungan terhadap salah satu capres.

Ketiga, soal motif "berbahaya" ini jangan cuma kita lihat yang ada di permukaan. Misalnya (catat, misalnya) di capres anu ada beberapa nama yang sak Indonesia Raya tahu bahwa dia "berdosa" atau diduga melakuakn korupsi, sementara di capres itu nggak ada, atau minim. Ya, mereka yang dicurigai korupsi memang berbahaya. Tapi jangan lupakan pula mereka yang namanya dan dosanya tidak (atau belum) diketahui publik. Mereka yang mendanai dan "tak kasat mata", menurut saya, lebih harus diwaspadai. Logikanya, tidak mungkin orang mau menggelontorkan dana sebegitu besar untuk mendukung capres tertentu tanpa ada kepentingan tertentu. Sekali lagi, saya harus riset mengenai nama-nama pendukung dibalik para capres, terutama mereka yang tidak muncul ke permukaan. Mereka yang namanya jarang atau bahkan tidak pernah disebutkan media sebagai pendukung salah satu capres.

Keempat, dosa-dosa masa lalu. Saya sih sebenarnya tipe orang yang ga terlalu susah move on. Dan saya juga tipe orang yang percaya bahwa in time, orang bisa berubah. Tapi tak ada salahnya mempertimbangkan masa lalu para capres. Bukan cuma "dosa" sang calon presiden secara pribadi, tapi termasuk apa yang dilakukan para konstituennya di masa lalu. Kita harus adil dalam menilai hal ini. Jangan sampai kita menggembar-gemborkan kesalahan satu capres di masa lalu, tapi mengabaikan kekurangan capres lainnya.

Kelima, keterlibatan asing. Siapa mau merasakan dijajah lagi oleh bangsa asing? Yang mau, silakan pilih capres yang paling dekat dengan pihak asing. Saya diajarkan bahwa kalimat "dukungan negara asing" adalah bukan melulu kalimat yang indah. Kalimat yang menawarkan mimpi-mimpi, betul. Tapi ketika kita terbangun dari mimpi itu, sering kali kita baru sadar kalau kita ada di atas kapur apek yang bau pesing. Dan siapa yang harus menjemur kasur biar nggak bau pesing lagi? Ya kita lah, masa tetangga sebelah.

Sementara ini, baru ada lima point sih yang jadi perhatian saya. Lalu kesimpulannya, saya pilih siapa? Belum tau, saya masih riset. Saya nggak mau gegabah memilih calon pemimpin yang menentukan nasib bangsa ini. Karena proses memilih calon presiden yang insyaAllah akan membawa kemajuan bangsa tidak mungkin sederhana.

Haturan Bumil

by | | 0 comments
Sudah lumayan lama saya nggak mendapur. Gara-garanya adalah bibi pengasuh anak-anak yang datang dan pergi sesuka hatimu, oh teganya dikauuuu teganya dikauuu.. Ahem.

Anyway, akhirnya alhamdulillah sekarang sudah dapat bibi lagi. Dan kebetulan seorang teman yang lagi hamil tua kepingin cheesecake strawberry. Karena kandungannya udah berat dan jadi ga bisa kemana-mana, si bumil ini jadinya cuma bisa ngeces sambil posting gambar di group whatsapp. Nah daripada nanti anaknya pas udah lahir ikutan ngeces (dan pas dapet hidayah juga buat turun ke dapur), saya menawarkan diri buat bikinin cheesecake buat si bumil. Dengan syarat, cheesecakenya yang no bake alias chilled cheesecake.

Jadilah hari ini saya mampir supermarket dan tbk buat beli beberapa bahan.
Dan sungguh Bu Sri a.k.a si bumil, alam berkonspirasi untuk mewujudkan impianmu.

Hari ini si bungsu tidur siangnya lamaaaa dan si cikal anteng main sendiri. Jadi sesiangan leluasa banget waktunya buat bikin cheesecake sekalian ngegarnish. Seadanya sih, garnishnya, hehe. Dan tak lama kemudian - tadaaaaa - jadilah si chilled strawberry cheesecake dengan penampilan yang cukup sukses dan meyakinkan :D.


Buat yang kepingin nyoba bikin ini dia resep dan cara membuatnya...


Bahan Cheesecake

250 g neufchatel cream cheese
250 ml whipped cream
100 g gula halus (bisa ditambah atau dikurangi sesuai selera)
1 sdm gelatin bubuk, tambahkan air dan tim hingga cair/ cairkan di microwave (kira-kira sih, saya lupa berapa pastinya hehe)
1 sdm air lemon secukupnya


Bahan Base

75 g biskuit gandum, hancurkan hingga halus
70 gr unsalted butter, lelehkan


Bahan Topping dan Garnish

8 buah strawberry segar, potong kipas
1 sdm gelatin, lakukan sama dengan untuk bahan cheesecake


Cara Membuat

1. Buat base cake dengan mencampurkan biskuit dan butter, lalu ratakan di dasar loyang bongkar pasang. In this case, karena saya malas bongkar lemari untuk menemukan loyang bongkar pasang ingin cake nya terlihat cute, maka saya pakai cup-cup plastik kecil yang biasa dipakai untuk puding dan meratakan base cake nya di dasar cup. Ga perlu terlalu tebal, yang penting ditekan ke dasar sampai cake base cukup padat. Kalau kamu pakai loyang bongkar pasang, masukan dulu ke lemari es selama minimal 1 jam,kalau pakai cup 15 menit juga cukup.

2. Campur cream cheese dan gula halus hinga rata dan cream cheese lembut. Untuk menghemat waktu dan tenaga pakai mixer dengan kecepatan rendah. Sisihkan.

3. Kocok whipped cream dengan mixer kecepatan rendah sampai lembut dan mengembang. Jangan kelamaan, tapi, nanti berubah jadi butter. (Yes. Been there done that :p).

4. Masukan campuran cream cheese ke dalam whipped cream, campur sampai rata. Tambahkan air lemon dan 1 sdm gelatin cair, aduk rata.

5. Keluarkan cup yang sudah diisi base dari kulkas. Isi dengan adonan cheesecake sampai kira-kira 1/3 cup. Jangan terlalu penuh karena nanti diatasnya akan digarnish. Ketuk-ketukan pelan cup ke meja agar isian merata.

6. Campur selai strawberry dengan air sampai mencapai kekentalan yang diinginkan. Pokoknya kira-kira tidak terlalu kental dan tidak terlalu cair untuk dituang diatas cheesecake. Tuang selai ketasa cheesecake sampai semua permukaannya tertutup rata.

7. Tambahkan strawberry segar, dan tuang sedikit gelatin keatas agar topping set dan buah terlihat mengkilap.

8. Dinginkan di lemari es selama minimal 6 jam, dan cheesecake siap dinikmati.


Cheesecake sekarang sedang didinginkan di kulkas. Sabar ya bumil, besok akan diantar dan semoga rasanya sesuai serta tidak mengecewakan! *crossing fingers*

Juara Bandung: Mie Kocok H. Amsar

by | | 0 comments
Ada beberapa jenis makanan (jajanan) khas Bandung yang, menurut lidah saya tentunya, belum menemukan tandingannya. Tentu saja saya berani bilang begitu karena sudah membandingkan rasa masakan sejenis dari berbagai penjual yang berbeda-beda. Nah makanan-makanan yang setelah diperbandingkan baik dari tingkat Kotamadya Bandung sampai skala nasional selalu menjadi makanan paling enak saya beri gelar "Juara Bandung". Bukan "Bandung Juara", da itu mah punya Pak Emil *naon deuih sok disambung-sambungkeun*.

Ehnihwei... Salah satu makanan "Juara Bandung" menurut saya adalah Mie Kocok H. Amsar. Buat yang belum tau mie kocok itu apa, ini adalah makanan sejenis mie kuah yang intinya terdiri dari mie gepeng, toge, dan kikil, yang diberi kuah sop. Kalau ada yang tau mie kocok Kartika Sari atau mie kocok Jalan Banteng, nah mie kocok H. Amsar ini formatnya sama persis dengan mie kocok lainnya, ada mie gepeng, toge, dan kikil, plus kerupuk aci sebagai pelengkap. Terus, apa dong yang bikin mie kocok H. Amsar juara? Mari kita bedah satu-satu...

Pertama, mie nya. Meskipun mie yang dipakai adalah mie gepeng seperti umumnya mie kocok, tapi mie nya tidak bau apu dan kekenyalannya pas. Nggak terlalu keras atau setengah matang, juga nggak terlalu lembek. Toge nya pun begitu, aroma khas toge mentahnya sudah hilang, tapi saat digigit toge masih terasa kres-kresnya. Kemudian kikil alias kaki sapinya dimasak dengan waktu yang cukup lama sehingga empuk dan nggak perlu 'berantem' saat menggigit nya. Dijamin tidak akan ada urat atau sisa-sisa kikil yang nyangkut di gigi (selama giginya rapat dan dan tidak berlubang). Tapi jangan khawatir kikilnya lembek juga, karena meskipun empuk, si kikil ini masih jauh dari lembek.

Selanjutnya, yang menurut saya paling juara dan paling membedakan mie kocok H. Amsar dengan mie kocok lainnya adalah kuahnya!


Lihatlah kuahnya yang kental berwarna kekuningan. Dari foto aja sudah terlihat kalau mie kocok ini kuahnya istimewa. Konon, kuah kental dan gurih ini didapat dari penggodogan kikil yang sampai empuk. Gurihnya juga terasa beda dari gurih penyedap karena dari sari kikilnya sendiri. Hebatnya, kuah kental ini tidak sedikitpun terasa enek, padahal biasanya kuah dari penggodogan kikil berlemak dan enek. Mungkin mereka punya semacam teknik rahasia untuk menghasilkan kuah yang gurih, kental, pas, dan tidak enek. Salah satu syarat makanan juara buat saya adalah tidak perlu menambahkan garam, merica, atau sambal. Nah, mie kocok Amsar ini enak dimakan apa adanya, meskipun untuk mereka yang lebih suka rasa segar pada mie kocok bisa menambahkan jeruk nipis.

Buat yang ingin mencoba kenikmatan mie kocok H. Amsar bisa mampir ke warung mereka di Jl. Sudirman. Warungnya terletak di kanan jalan kalau dari arah pusat kota, sebelum pabrik Marie Tunggal. Buka jam 11 sampai malam, tergantung habisnya jam berapa, tutupnya di hari Jumat.

Sebagai bonus, nih saya ksih foto es campur jeruknya.


Rasa es campur jeruknya sih ga istimewa, tapi cocok untuk menyegarkan tenggorokan setelah melahap semangkuk mie kocok.





Steamed Carrot Cake

by | | 0 comments
Edisi percobaan buat cake kukus dengan bahan dasar wortel. Berhubung kurang akur dengan oven, maka hampir tiap bikin kue pasti yang dikukus. Sempat deg-degan karena aslinya ini resep untuk cake panggang. Alhamdulillah hasilnya memuaskan. Lembut, moist, legit, dan teksturnya kaya karena ada kriuk-kriuk dari kacang.


Resep diadaptasi dari justtryandtaste.com dengan penyesuaian takaran dan variasi bahan. Silakan yang mau mencoba, ini resepnya...



Bahan:
4 butir telur
200 gr margarine, lelehkan
150 gr gula palm
100 gr gula pasir
250 gr tepung terigu serba guna
2 sdt baking soda
2 sdt baking powder
1/2 sdt garam
2 sdt kayu manis bubuk
330 gr wortel, parut dan buang airnya (JANGAN diperas, hanya air yang keluar saat diparut saja yang dibuang)
100 gr kacang kenari, sangrai lalu remukan kasar

Cara Membuat:
1. Campur tepung terigu, baking powder, baking soda, garam, dan kayu manis bubuk, sisihkan.
2. Kocok telur, margarine, gula palm dan gula pasir hingga mengembang. Masukan campuran tepung, aduk rata.
3. Masukan parutan wortel dan kacang, aduk rata.
4. Tuang ke loyang yang telah diberi margarin dan tepung.
5. Kukus di kukusan yang telah dipanaskan dengan api besar selama 20-30 menit atau sampai matang.
6. Potong-potong dan sajikan.

Selamat mencoba !

Pengajian bersama Abu Marlo, In My Humble Opinion

by | | 6 comments
Gara-gara sarapan di Lawang Wangi tadi pagi, jadi ngobrolin soal pengajian Abu Marlo (magician lulusan The Master nya Dedy Corbuzier) sama teman-teman baru (baca: emak-emak hobi ngunyah dari sekolahan Aisyah). Baru tau ternyata Abu Marlo sekarang punya acara dakwah sendiri di ANTV. Dan baru tau juga ternyata acara ini menuai banyak kecaman. Mulai dari yang mencap Abu Marlo menafsirkan Al Qur'an sembarangan sampai yang menuduh Abu Marlo mengajarkan aliran sesat.

Saya pernah sekali ikut pengajian Abu Marlo. Waktu itu masih berupa pengajian kecil bersama teman-teman sepergaulan Abu Marlo. Saya sendiri hadir bukan karena gaulnya bareng Abu *ah siapalah saya ini*, tapi karena diajak seorang sahabat baik saya yang memang sudah lumayan lama mengikuti pengajian tersebut. Dan bermodalkan sekali datang itulah saya ingin berbagi pendapat saya soal 'cara berdakwah' Abu Marlo. Mudah-mudahan bisa objektif dan tidak memancing debat kusir tak berkesudahan. Dan pandangan saya ini murni pandangan pribadi sebagai orang awam yang pengetahuan agamanya biasa aja, serta tentunya dengan tidak mengurangi rasa sayang dan rasa hormat pada sahabat saya yang sudah berbaik hati mengajak saya untuk hadir.

First of all, saya memuji Abu Marlo yang bisa hapal Al Qur'an dalam waktu singkat. Dan saya memuji juga niatan Abu untuk berbagi ilmu, dimulai dari teman-temannya sendiri. Sahabat saya bercerita, bahwa awalnya Abu Marlo mengikuti pengajian yang dipimpin oleh Kang siapa ya *maaf lupa* di sebuah rumah di kawasan Bandung Utara, dan dari situlah dia berniat untuk bisa menghapal Al Qur'an. Dan dalam waktu singkat ternyata Abu mampu menghapalnya. Sampai situ saya kagum pada kemampuannya.

Sayangnya (atau untungnya?), ketika menghadiri pengajiannya saya merasa kurang sreg. Bukan dengan cara penyampaiannya, tapi dengan metode 'penafsiran' Al Qur'annya. Kenapa penafsirannya saya kasih tanda petik? Karena dari awal, saya sudah bingung. Kok terjemah Al Qur'an ditafsirkan mentah-mentah. Diartikan sebagaimana kalimatnya. Padahal, kita semua tau kalau 'terjemah' dan 'tafsir' itu beda (kalau yang belum tau, sila googling saja ya). Dan, CMIIW, untuk bisa menafsirkan Al Qur'an gak bisa cuma bermodalkan hapal Al Qur'an saja. Tapi juga harus dibarengi ilmu tajwid, ilmu fiqh, ilmu tarikh, dll. Selama pengajian saya jadi banyak bingung karena kok ada ayat-ayat yang penafsirannya melenceng. Tapi waktu itu saya diem aja sih, soalnya takut saya yang salah (karena toh memang pengetahuan agama saya nggak seberapa). Tapi ternyata pas pulangnya, si suami yang ikut juga pengajian waktu itu, sama-sama merasa ada yang salah dari cara penafsiran Abu. Sejujurnya saya juga sempat bertanya-tanya, Abu Marlo ini hapal ayat-ayat Al Qur'an atau hapal terjemahannya saja ya? Kok selama pengajian dia hanya membacakan terjemah, tapi tidak pernah membacakan ayat dalam bahasa Arab. Tapi saya berpikir, oh mungkin karena ingin menyampaikan dalam bahasa yang dipahami kami-kami yang awam ini, maka dia lebih memilih langsung membacakan terjemahan Bahasa Indonesia nya.

Pendek kata pendek cerita, saya dan suami memutuskan untuk tidak lagi menghadiri pengajian tersebut. Bukan karena takut disesatkan (siapalah kami ini ngecap orang 'sesat' sembarangan), tapi semata-mata karena alasan bahwa cara pandang kami terhadap penafsiran Al Qur'an berbeda dan kami nggak mau hadir disitu tapi hati kami meragukan.

Nah, sekarang balik lagi ke urusan pengajian Abu Marlo ini: salahkah? Kalau dilihat dari niatan baiknya untuk berbagi ilmu, tentu tidak salah. Tapi metodenya mungkin harus diperbaiki. Ada baiknya untuk penafsiran ayat-ayat Al Qur'an disampaikan oleh ustadz yang memang latar belakang pendidikian agamanya baik, sementara Abu Marlo bisa berbagi ilmu menyampaikan teknik menghapal Al Qur'an nya. Atau lebih baik lagi bila dilengkapi belajar membaca Al Qur'an, khusus buat yang belum baik bacaan Al Qur'an nya (seperti saya). Supaya anggota pengajian tidak cuma mampu menghapal terjemah Al Qur'an aja, tapi menghapal juga ayat-ayatnya. Lalu pengajian ini sesatkah? Duh, saya nggak berani seenaknya menunjuk orang lalu bilang dia sesat. Tapi kalau bertahan dengan metode penafsiran mentah-mentah seperti ini, khawatir makin banyak penafsiran ayat yang melenceng dan bisa menyesatkan mereka yang kurang jeli.

Tapi ini cuma pendapat saya, ya. Saya yang - sekali lagi - pengetahuan agamanya nggak seberapa ini. Mudah-mudahan (lagi-lagi) sekali lagi, bisa membantu kita berfikir jernih dalam menyikapi isu ini.

Wallahu'alam bissawab :).

Brownie Pudding: Yummeh!

by | | 0 comments
Dua minggu ini Aisyah libur sekolah. Artinya, dua minggu pula saya nggak perlu anter jemput dia ke sekolah. Yang artinya lagi, saya punya waktu ekstra buat melakukan sesuatu selain bengong dan berkhayal. Maka selama liburan ini saya berniat masak tiap hari. Ya nggak masak-masak serius (kaya nasi tumpeng atau gule kambing), sih, tapi ya minimal sehari saya melakukan sesuatu yang menghasilkan sesuatu yang bisa dimakan. *ini lagi infatuated sama Syahrini apa yak, sesuatu melulu*

Anywayyyy.. Sejak day one Aisyah libur udah mulai masak-masak, sih. Tapi masakannya standar aja. Masakan sehari-hari gitu. Jadi males juga di share di blog. Nah hari ini masaknya, meskipun simpel banget, tapi diluar dugaan rasanya maknyius banget. Jadi bolehlah kita orang share dimari, yes.

Hari ini saya bikin Brownie Pudding. Resepnya saya dapat dari salah satu member Langsung Enak, yaitu sebuah grup di Facebook untuk para penyuka makan dan masak.
Bahan-bahan yang diperlukan buat bikin Brownie Pudding ini murah dan gampang, yaitu...

1 liter susu UHT plain
5 lembar roti tawar, sobek-sobek
2 bungkus agar-agar plain (saya pakai warna coklat)
100 gr dark cooking chocolate, lelehkan (karena ga ada timbangan saya pake 2 blok dcc Colatta dipotong dari kemasan 250 gr)
25 gr coklat bubuk (kan ga ada timbangan, yah, jadi saya pake 2 sdm muncung)
200 gr gula pasir (tadi saya kira-kira aja 5-6 sdm)
1 kuning telur

Cara buatnya juga gampang banget, blender semua bahan sampai tercampur rata, lalu didihkan. Jangan lupa selama dididihkan di api kecil diaduk terus biar ga menggumpal dan nggak mengendap di dasar.


Kalau sudah mendidih, tuangkan ke cetakan puding, terus kalau sudah agak dingin masukan kulkas. Kalau sudah padat, potong-potong dan sajikan. Dikasih vla vanilla lebih enak. Yum!


Untuk vla nya saya pake vla instan. Praktis lah tinggal diseduh air termos (atau air dispenser), aduk-aduk, dan masukin ke kulkas. Oiya, si Brownie puding ini kalau baru sebentar di kulkas teksturnya kaya puding Hoka-Hoka Bento gitu. Tapi kalau agak lamaan, jadi lebih padet dan mirip cake. Cuma kalau soal rasa, enak! Coklat banget dan lembut dilidah... Bakalan jadi menu andalan buat cemilan nih. Bahannya gampang, bikinnya cepet, rasanya enak, dan ga pake ribet. Nyiussss!